14.04
0
“2+3x4=?”.
            “Nah, pembahasan kita kali ini it’s about matematika hidup! Ayo siapa yang bisa menjawab?”.
            “Dua puluh Kak” spontan Ubaid.
            “Iya, saya sepakat” tambah Umair.
            “Yang lain?”.
            “Saya Kak, empat belas” kata Ahmad Mantap.
            "2+3x4=?". Apakah jawabannya 20? ataukah jawabannya 14? Mari kita simak tentang matematika kehidupan.
Sahabat yang berbahagia! Menjawab  20, ibarat hidupnya lurus-lurus saja. Tanpa harus mempertimbangkan baik-tidaknya.  Yang penting ok, asal jadi. Padahal dalam hukum persamaan matematika, jika tambah dan kali bertemu maka harus dikali dulu, mendahulukan yang lebih kuat. Jadi yang  jawab 14, artinya sudah punya prioritas dan perencanaan hidup. Karena kita diciptakan bukan untuk melakukan segalanya, tetapi melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Kata orang,  hidup berawal dari B born lahir. Berakhir dengan D dead. Antara B dan D ada C, Chooise. Tetapi setelah huruf D, masih ada lagi E “eternity”. Ternyata setelah meninggal, kita masih hidup lagi. “Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal kamu (tadinhya mati), lalu dia menghidupkan kamu. Kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkanmu kembali. Kemudian kepadanyalah kamu dikembalikan”(QS. Al-Baqorah:28). Dan itulah hidup yang sesungguhnya, keabadian. Kita akan menempuh perjalanan yang lebih panjang. Pilihannya tidak ada yang ketiga apalagi ditengah-tengahnya, surga atau neraka! 
Ketika hidup itu pilihan. Tidak semua bisa dikerjakan dalam satu waktu. Harus  dibedakan mana yang hal yang penting  and very important. Acara sekaliber seminar saja, dipisahkan perserta biasa dan VIP. Bagaimana lagi dengan hidup anda?
Lebih dari itu, dalam hal ibadah juga begitu. Kamu tuh harus membedakan mana yang wajib mana yang sunnah. Ibadah yang bertingkat-tingkat, tentu kita harus lebih cerdas melihat skala prioritas, mana yang harus lebih dulu dikerjakan biar beramal tidak asal-asalan.
Boleh jadi ada orang ibadahnya sedikit tetapi nilai pahalanya disisi Allah jauh lebih besar. “Betapa banyak amalan besar menjadi kecil disisi Allah karena niatnya dan boleh jadi amalan sedikit bisa bernilai besar karena niatnya”.
Begitu  juga, jangan sampai kamu shalat malam suntuk tetapi akhirnya ketiduran terlambat shalat subuh. Itu artinya mendahulukan sunnah daripada yang wajib. Makanya kalau lagi shalat sunnat tiba-tiba qomat, kita musti membatalkan karena ada yang lebih wajib. Menjawab panggilan ortu lebih diutamakan kalau kita cuma sementara shalat sunnat.
Terkadang juga kita punya acara bertabrakan. Maka disinilah dilihat kelihaian dalam memilih. Ada undangan pengajian, tiba-tiba ada juga teman mengajak jalan ke mall. Tentu mukmin sejati tidak seperti, “Maka adapun orang yang melampaui batas dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sungguh nerakalah tempat tinggalnya”(an-Naziat:37-39).
Rasulullah jika dihadapkan pada permasalahan yang berbeda, maka ia akan lebih memilih yang lebih mudah. So kalau kamu ujian, kerjakan dulu soal yang lebih mudah.  Dan adalah lebih baik kalau kita bisa menggabungkan dua kebaikan. Semisal berdakwah sambil menuntut ilmu.
Demikian halnya dalam keburukan. Ada seorang pemuda menyesal karena telah menghamili kekasihnya diluar nikah. Syekh lalu bertanya, “Kenapa kamu sampai melakukannya?”. “Karena aku pahami ‘azl itu makruh!!”. “Allahu musta’an, telah sampai kepadamu bahwa ‘azl cuma makruh sementara belum engkau ketahui berzina itu haram”.
Setidaknya inilah gambaran kaula muda hari ini. Mereka lebih sibuk mempertanyakan, bagaimana hukum anak yang lahir pranikah. Daripada mengamalkan, “Janganlah kamu mendekati zina”.  Melupakan kalau berkhalwat, berpacaran dan berjabat tangan selain mahrom  dan hal-hal mengantarkan pada perzinahan juga haram. Harusnya yang ini dulu dipelajari.
  Nah, bagaimana cara menentukan skala priorotas dalam hidup? Membedakan antara wajib dan sunnah, yang penting dan lebih penting. Tentu semua harus dipelajari. Itulah maksud, “Menuntut ilmu adalah kewajiban bagi setiap muslim”. Agar anda bisa mendahulukan mana yang seharusnya lebih diutamakan. “Apakah sama antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu?”. Hanya orang berilmulah paling takut kepada Allah.
So pasti! Untuk mengerjakan soal matematika saja memerlukan prioritas. Bagaimana lagi jika kamu mau mengerjakan soal hidup? Tentu anda harus lebih cerdas lagi. Memilih amalan yang terbaik, tempat sesuai dan waktu yang tepat!

Source: RumahRohis.com

0 komentar:

Posting Komentar

Silahkan berikan komentar anda.
Komentarlah yang sopan.
Komentar boleh berupa kritikan, saran, dan pertanyaan.


Terima kasih perhatiannya