“2+3x4=?”.
“Nah,
pembahasan kita kali ini it’s about matematika hidup! Ayo siapa yang
bisa menjawab?”.
“Dua puluh Kak”
spontan Ubaid.
“Iya, saya
sepakat” tambah Umair.
“Yang lain?”.
“Saya Kak,
empat belas” kata Ahmad Mantap.
"2+3x4=?". Apakah jawabannya 20? ataukah jawabannya 14? Mari kita simak tentang matematika kehidupan.
Sahabat yang berbahagia! Menjawab 20, ibarat hidupnya lurus-lurus saja. Tanpa
harus mempertimbangkan baik-tidaknya.
Yang penting ok, asal jadi. Padahal dalam hukum persamaan matematika,
jika tambah dan kali bertemu maka harus dikali dulu, mendahulukan yang lebih
kuat. Jadi yang jawab 14, artinya sudah punya
prioritas dan perencanaan hidup. Karena kita diciptakan bukan untuk melakukan
segalanya, tetapi melakukan sesuatu yang bermanfaat.
Kata orang, hidup berawal dari B born lahir. Berakhir
dengan D dead. Antara B dan D ada C, Chooise. Tetapi setelah huruf D, masih ada
lagi E “eternity”. Ternyata setelah meninggal, kita masih hidup lagi. “Bagaimana kamu ingkar kepada Allah, padahal
kamu (tadinhya mati), lalu dia menghidupkan kamu. Kemudian Dia mematikan kamu lalu Dia menghidupkanmu kembali.
Kemudian kepadanyalah kamu dikembalikan”(QS. Al-Baqorah:28). Dan itulah
hidup yang sesungguhnya, keabadian. Kita akan menempuh perjalanan yang lebih
panjang. Pilihannya tidak ada yang ketiga apalagi ditengah-tengahnya, surga
atau neraka!
Ketika hidup itu pilihan. Tidak semua
bisa dikerjakan dalam satu waktu. Harus dibedakan mana yang hal yang penting and very important. Acara sekaliber
seminar saja, dipisahkan perserta biasa dan VIP. Bagaimana lagi dengan hidup
anda?
Lebih dari itu, dalam hal ibadah juga
begitu. Kamu tuh harus membedakan mana yang wajib mana yang sunnah. Ibadah yang
bertingkat-tingkat, tentu kita harus lebih cerdas melihat skala prioritas, mana
yang harus lebih dulu dikerjakan biar beramal tidak asal-asalan.
Boleh jadi ada orang ibadahnya
sedikit tetapi nilai pahalanya disisi Allah jauh lebih besar. “Betapa banyak amalan besar menjadi kecil
disisi Allah karena niatnya dan boleh jadi amalan sedikit bisa bernilai besar karena niatnya”.
Begitu juga, jangan sampai kamu shalat malam suntuk
tetapi akhirnya ketiduran terlambat shalat subuh. Itu artinya mendahulukan
sunnah daripada yang wajib. Makanya kalau lagi shalat sunnat tiba-tiba qomat,
kita musti membatalkan karena ada yang lebih wajib. Menjawab panggilan ortu
lebih diutamakan kalau kita cuma sementara shalat sunnat.
Terkadang juga kita punya acara
bertabrakan. Maka disinilah dilihat kelihaian dalam memilih. Ada undangan
pengajian, tiba-tiba ada juga teman mengajak jalan ke mall. Tentu mukmin sejati
tidak seperti, “Maka adapun orang yang melampaui
batas dan lebih mengutamakan kehidupan
dunia, maka sungguh nerakalah tempat tinggalnya”(an-Naziat:37-39).
Rasulullah jika dihadapkan pada
permasalahan yang berbeda, maka ia akan lebih memilih yang lebih mudah. So kalau kamu ujian, kerjakan dulu soal yang
lebih mudah. Dan adalah lebih baik kalau
kita bisa menggabungkan dua kebaikan.
Semisal berdakwah sambil menuntut ilmu.
Demikian halnya dalam keburukan. Ada
seorang pemuda menyesal karena telah menghamili kekasihnya diluar nikah. Syekh
lalu bertanya, “Kenapa kamu sampai melakukannya?”. “Karena aku pahami ‘azl itu
makruh!!”. “Allahu musta’an, telah sampai kepadamu bahwa ‘azl cuma makruh
sementara belum engkau ketahui berzina itu
haram”.
Setidaknya inilah gambaran kaula muda
hari ini. Mereka lebih sibuk mempertanyakan, bagaimana hukum anak yang lahir
pranikah. Daripada mengamalkan, “Janganlah
kamu mendekati zina”. Melupakan kalau
berkhalwat, berpacaran dan berjabat tangan selain mahrom dan hal-hal mengantarkan pada perzinahan juga
haram. Harusnya yang ini dulu dipelajari.
Nah, bagaimana cara menentukan skala priorotas dalam hidup? Membedakan
antara wajib dan sunnah, yang penting dan lebih penting. Tentu semua harus
dipelajari. Itulah maksud, “Menuntut ilmu
adalah kewajiban bagi setiap muslim”. Agar anda bisa mendahulukan mana yang
seharusnya lebih diutamakan. “Apakah sama
antara orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu?”. Hanya orang
berilmulah paling takut kepada Allah.
So pasti! Untuk mengerjakan soal
matematika saja memerlukan prioritas. Bagaimana lagi jika kamu mau mengerjakan
soal hidup? Tentu anda harus lebih cerdas lagi. Memilih amalan yang terbaik,
tempat sesuai dan waktu yang tepat!
Source: RumahRohis.com
Source: RumahRohis.com
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan berikan komentar anda.
Komentarlah yang sopan.
Komentar boleh berupa kritikan, saran, dan pertanyaan.
Terima kasih perhatiannya